Chapter 189
di tengah lautan luas, akan membawa aku berlabuh ke darmaga, atau justru terdampar di pulau tak berpenghuni. Entahlah. Oiya, bentar ya, Rao. Aku ke toilet dulu,” Fania tak kuasa menahan air matanya.
Luka hati yang belum mengering kini harus basah lagi. Perih. Fania mencoba untuk tetap tegar dan menahan tangisnya, sayangnya tak bisa. Rao menghampiri Fania ke toilet. Wajah mereka berdua kini sama-sama ada di dalam cermin. Rao memeluk Fania dari belakang.
“Rao, pliss lepasin! Semakin kamu peluk erat aku, kita
sama-sama semakin terluka, Rao.
Rao tak mengindahkan permintaan Fania, ia justru semakin menjadi-jadi. Bibir Fania yang basah karena air mata menjadi bidikan pertama Rao. Rao melumat bibir tipis Fania dengan lembutnya tanpa konfirmasi. Mereka bertukar air liur saat lidah begitu dominan mengambil peran. Sluurrppp~
“Kita ulang apa yang pernah kita lakuin dulu, Fan. Kali ini dengan versi yang berbeda. Kamu mau?”
“Nggak di sini, Rao.”