Chapter 190
Rao lalu kembali melancarkan aksinya dengan mencium leher Fania seperti singa mencumbui jerapah. Kegiatan mereka pun terhenti manakala handphone di dalam tas Fania berdering. Panggilan masuk dari Pak Franky. Fania merejectnya.
“Telepon dari siapa, Fan?”
“Dari bos aku. Rao aku pamit dulu ya. Bentar lagi pesawat aku mau berangkat.”
Rao tertegun mendengar apa yang barusan keluar dari mulut Fania.
“Rao, kamu tau lagunya Band Nhavan nggak yang judulnya Kehilangan adalah Cinta Terhebat? Coba deh kamu dengerin,” Fania lalu mencium pipi Rao.
Muaach!
Rao seperti patung.
“Rao, kalau aku boleh bilang, kamu itu Ambivalen dan kamu itu adalah pria unik yang pernah aku kenal.
“Rao.
Rao mematung.
“Rao!”