Chapter 170
perjalanan mereka saling menggoda dan melempar senyuman. Tertawa dan bahagia.
Alun-alun kota dipilih sebagai muara untuk mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya secara diplomatis dan sedikit romantis. Walau kedua belah pihak sebenarnya agak dilematis karena takut berakhir tragis, tapi masih ada rasa percaya semua akan menjadi manis.
“Awas, Rao!!!”
DUARRGGHHHHHHHHH!
Rao dan Fania terjatuh dari motor.
“Fania, kamu nggak apa-apa??”
Rao teriak histeris. Suasana di jalan itu begitu sepi. Tak ada satu pun kendaraan yang melintas.
“Toloong! Tolonggg!”
Rao nampak panik ketika melihat Fania yang mengerang kesakitan. Warna merah kental melumuri baju dan jaket yang dikenakan Fania. Fania merintih sambil memegang lututnya yang sudah terlihat karena celana Panjang berbahan jeans yang ia kenakan juga sobek di bagian lutut kanan setelah mencium aspal.