Chapter 153
“Rao, are u okay?”
“Aku telah berdosa karena melukai hati seorang wanita. Aku sudah menghancurkan hidup kamu, Fan,” Rao menangis. Termehek-mehek, tapi masih terlihat elegan.
“Rao, Kamu nangis? Seriously? Haha…Kamu bisa nangis juga ternyata?” ledek Fania.
“Aku baru sadar ketika aku menyakiti dan melukai hati seorang wanita, itu sama aja aku telah menyakiti dan melukai hati ibuku.”
“Aku mungkin nggak pantas dapat maaf dari kamu, Fan.” “Kok ngomong gitu? Rao, kita sama-sama jauh dari orang
tua. Karena sejauh apapun kita pergi, tempat paling
nyaman itu di rumah. Ketika kita bisa berkumpul
bersama keluarga. Ada ayah, ibu, saudara. Itu adalah kebahagiaan yang tak terhingga. Dan bersyukur akan membuat kita semakin bahagia.”
“Iya, Fan. Keluarga begitu sangat berarti. Aku juga rindu sosok ibu aku. Ingin rasanya aku balik ke Tangerang dan memeluk Ibuku.”