Sidzia Madvox2024/02/16 06:23
Follow

“Fania.” “Rao.”

“Apa kabar, Fan? Kamu ngapain ada di sini?”

 

 

“Hai, Rao. Kabar aku baik. Kamu, gimana? Aku baru selesai ngirim paket.”

 

“Kamu nggak…,” ucap Fania dan Rao bersamaan. “Eh, kamu aja duluan.”

“Hehe. Kok samaan. Kamu aja deh duluan, Rao.” “Kamu…mm…kamu nggak kerja, Fan?”

“Nggak, Rao. Besok baru aku kerja. Kan aku baru aja sampai Lombok kemarin.”

 

“Oiya, aku sudah baca surat kamu. Kamu baru pulang dari Sumbawa ya?”

 

“Eu…iya.   Waduh!   Aku   jadi   malu   sama   suratku

sendiri…he.”

 

 

“Ngapain malu? Oiya, kita ngobrolnya di sana yuk! Di

Kedai Yoi. Kamu nggak buru-buru kan?”


“Mmm, Nggak kok. Boleh deh.”

“Kamu kok beda sekarang, Fan. Jadi lebih pendiam.” “Hah! beda? Beda gimana maksud kamu? Yang ada tuh

kamu yang jadi beda sekarang. Sudah nggak….” Fania

ragu melanjutkan kalimatnya. “Sudah nggak apa, Fan?” “Hehe…nggak ada.”

“Oh. Maksud kamu, aku sudah nggak tempramen kayak

dulu?”