Sidzia Madvox2024/02/16 06:23
Follow

Tak terasa lampu-lampu dari luar angkasa sudah berkelip. Hari sudah gelap. Hujan telah reda. Namun, hal- hal tak terduga terjadi begitu aja. Mereka berdua menjadi pemain sekaligus sutradara.


Suara gelas yang terjatuh dari arah dapur membuat Vero terbangun dari lelap tidurnya. Di sofa merah itu ia mendapati Rao sudah tak ada disampingnya.

 

Vero lalu masuk ke kamar dengan terbungkus selimut di tubuhnya. Ia kemudian meraih handphonenya yang tergeletak di bawah kasur. Tampak beberapa kali panggilan tak terjawab dari Fania. Vero akhirnya menelepon balik Fania.

“Halo, Fan!

 

“Iya, Halo, Kak. Kakak di mana?!” “Maaf, Fan. Kakak baru bangun nih.”

Ada apa, Fan. Gimana? Gimana? Hoammmm.” “Ya ampun Kakak masih ngantuk kayaknya.”

“Aku cuma mau ngabarin kalau sekitar jam tiga sore aku udah di Mataram, Kak. Sekarang masih di Pelabuhan Kayangan. Ini kapalnya baru aja nyandar.”

 

“Yaaa…ampun, Faan! Udah jam dua belas aja nih! Kamu mau

Kakak jemput di mana?”