Sidzia Madvox2024/02/16 06:23
Follow

Malam Sabtu Fania mulai mengemas pakaian dan perlengkapan lainnya untuk dibawa ke Sumbawa. Malam itu ia amat gelisah. Tidurnya pun tak nyenyak. Ada rasa bahagia sekaligus sedih, tapi ia berusaha untuk tetap happy. Ini merupakan tugas dan tanggung jawab yang


 

harus dijalani sepenuh hati. Pukul lima pagi ia sudah bangun walau rasa kantuk masih menyelimuti. Syukurlah segala sesuatunya sudah beres.

 

Pukul enam pagi Pak Musam sudah tiba untuk menjemput Fania. Pak Musam merupakan supir perusahaan yang sudah mengabdi selama delapan tahun. Pak Musam yang akan mengantar Fania hingga sampai di Sumbawa.

 

Pak Musam memiliki nama asli Mulya Sammy Rahardi. Karena tidak PD dengan nama aslinya, ia pun menyingkatnya dengan nama Musam.

 

“Hai, Pak Musam! Selamat pagi!” sapa Fania.

 

 

“Pagi, Mbak,” jawab Pak Musam sambil menyulut rokoknya.

 

“Barang-barangnya mana, Mbak. Biar saya angkut ke

mobil.”

 

 

“Oiya, koper saya masih di dalam. Pak Musam sudah

ngopi? Ngopi dululah  biar nggak ngantuk.”