Chapter 95
. Aku juga sangat bahagia karena impian untuk tinggal di tanah kelahiran ibuku ini bisa terwujud. Sedikitpun nggak pernah terlintas di pikiran aku untuk nyari masalah sama siapapun termasuk sama kamu,” jelas Fania. “Terus terang, aku iri sama Kak Vero, Erik, bude, Tante Melky, dan yang lainnya. Mereka begitu akrab sama kamu. Setiap ketemu kamu mereka selalu tertawa. Itu yang nggak pernah aku rasain. Karena di mata kamu, aku adalah cewek yang pantas dibasmi. Karena akuhanyalah cewek yang kamu benci dan cewek yang kamujadikan musuh. Sebegitu bencinya kamu sama aku, Rao?Kamu nggak beri aku kesempatan untuk minta maaf. Kamu nggak maafin aku. Aku pengen seperti yang lain yang bisa menjadi teman bercanda kamu,” Fania memelas. “Rao, aku ini cewek. Semarah-marahnya aku ke kamu, tapi aku nggak pernah bisa benci sama kamu.