Chapter 93
“Woa, ada ceker dan baceman nih. Yuk...sikat! Fan, cobain deh tempe mendoannya. Enak nih. Recommended! Rao, kok kamu pesan nasi kucingnya cuma satu sih? Mana nendang kalau cuma segitu mah. Aku ambilin lagi ya?”
Malam itu Vero nampak bahagia meski sedikit bingung karena Fania dan Rao tak banyak bicara. Vero tak mengetahui kalau sepupunya itu sedang terlibat perang sengit dengan Rao.
***
“Wah, luar biasa! Kamu masih punya nyali juga ya buat nantang ribut!
“Heh! Yang nantang kamu untuk ribut siapa?!”
“Kamu nggak pernah ngakuin kesalahan kamu selama ini ke aku, Fan. Justru kamu sekarang malah semakin menjadi-jadi buat nantangin aku!”
“Upsss! Nggak ngakuin kesalahan? Dengar ya, Rao! Beberapa kali aku udah minta maaf ke kamu, tapi kamunya nggak pernah kasih kesempatan buat maafin aku. Itu yang kamu bilang aku nggak ngakuin kesalahan?! Malah kamu sendiri yang cari masalah duluan ke aku. Sekarang aku datang ke sini untuk menyudahi pertikaian kita.