Chapter 85
menambah indah suasana. Namun, kesedihan masih menginap di hati Fania. Entah kapan perginya. Dari atas
rumah pohon ia mencoba menikmati alam yang sangat menakjubkan. Pemandangan yang sangat jarang ia lihat. Orang-orang berswafoto, mengabadikannya, melalui handphone masing-masing. Mereka tertawa, bersenda gurau dalam kehangatan serta kebersamaan. Ada dua sejoli sedang memadu kasih di semak-semak seakan dunia milik mereka berdua. Secangkir teh hangat di sore hari dengan hawa yang mulai dingin dan mata berkaca- kaca. Fania melambaikan tangan sembari memberi senyuman kepada ibu-ibu tua yang membawa hasil panen berupa singkong. Di usia yang sudah lanjut, semangatnya justru semakin kuat dan bersinar. Fania tiba-tiba teringat akan sosok ibunya.
Fania, You’ll Never Walk Alone ~
***
Cuaca terik, matahari panas menyengat dan padatnya lalu lintas kota Mataram di siang itu. Segelas es dawet ayu mengalir masuk perlahan ke dalam tenggorokan sebagai pelepas dahaga.