Sidzia Madvox2024/02/16 06:23
Follow

“Oh. Gitu.” Hmmm, tapi aku yakin Rao itu orangnya baik kok.”

 

“Kamu yakin mau kenalan sama Rao?” tanya Fania.

 

 

“Yakinlah. Kalau nggak diganggu, nggak mungkin juga dia marah-marah dan galak. Aku bisa menjinakkan dan menaklukkan singa kok. Hehe. Tenang aja, Fan,” jawab Felisa sambil cengengesan.

 

“Ya, coba aja. Eh! Berarti Rendi udah nggak ngantor lagi dong?” tanya Fania sambil memainkan pipet di gelasnya.

 

“Fel!”

 

 

Felisa terdiam tak memberi jawaban.

 

 

“Fel! Felisa!”

 

 

“Hmm. Eh, iya. Gimana-gimana, Fan?” “Ditanyain malah senyam-senyum sendiri.” “Kamu lagi mikirin Rao ya?”

“Eh. Iya. Kok tau. Hehe.” “Balik yuk.”


“Lah,   kok   cepat   banget   sih.   Belum   juga   abis

makanannya.”

 

 

“Aku ngantuk. Besok mau kerja full.” “Eh! Faaann. Bayar dulu semuanya.” “Iya. Iya, bawel ah.”

“Asyik!”

 

 

Mereka pun pulang ke rumah masing-masing dengan tema yang sama: memikirkan Rao.

 ***

 

 

 

 

 

 

 

‘Aku nggak bisa nyembunyiin dan ngebohongi perasaan aku, tapi di satu sisi ada cewek yang suka sama kamu.