Chapter 15
“Itu mah rajang, Rao! Hahahha.”
“Kamu tambah sexy aja. Mentang-mentang kulit putih pakai celana pendek terus.”
“Ih, kamu nih. Malah yang lain diperhatiin. Dasar mata keranjang.”
“Iya…aku serius…punya aku panjang!”
“Maksud kamu? Hahahha…mulai deh…kamu tuh… yaudah kalau gitu aku mau cabut dulu ya. Eh, cicip pisang kamu dong.”
“Pisang? Pisang goreng maksud kamu?” “Iyalah…hehe…pisang goreng, Rao. Emang pisang
apaan?”
“Hmm…dasar Vero. Emang kamu mau ke mana, Ver,
kelihatannya buru-buru amat?”
“Aku mau pergi latihan dulu. Besok deh kita ketemu lagi.
Sekalian aku bawain kamu whiski.” “Serius?!”
“Iya! Daaaaahh, Rao!”
Vero pun pergi meninggalkan Rao untuk berlatih musik. Tak lama kemudian datang Bude Rini diikuti Erik.
“Maaf ya, Mas Rao tadi bude ada yang kelupaan
makanya lama.”
“Oh. Jadi, dari tadi Rao yang jaga warung to?” celetuk Erik. Rao mengernyitkan alis sambil menatap Erik yang lagi asyik melahap pisang goreng buatan bu’de.