Chapter 10
Waktu menunjukkan pukul sembilan lebih dua puluh menit, tapi Vero belum juga pulang. Malam itu Fania benar-benar gelisah. Ia masih terbayang-bayangkejadian tadi sore. Makian yang dilontarkan Rao masih terngiang. Ia tak menyangka akan mengalami peristiwa seperti ini. Meskipun ada rasa takut dengan ancaman
Rao, di satu sisi Fania memiliki rasa penasaran terhadap cowok yang membuatnya menjadi stres dan ketakutan itu. Ada keinginan untuk bertemu lagi suatu hari nanti. Namun, entah kapan dan di mana untuk sekadar minta maaf, mungkin juga berkenalan.
‘Kamu cakep, tapi galak. I hope to meet you,’ gumam
Fania dalam hati.
***
Sementara itu, Rao pulang ke rumah dengan raut muka awut-awutan dan kesal. Sadar ada yang tak beres dengan sahabatnya, Erik kebingungan. “Rao, dari tadi aku perhatiin kamu cemberut gitu. Ada apa? Berantem sama konsumen atau sama preman pasar?” tanya Erik dengan nada bercanda.