Chapter 9
Sore itu perasaan Fania bercampur aduk. Ada ketakutan dan kesedihan yang mendalam. Ingin rasanya ia kembali ke Surabaya. Ia tak menyangka mendapatkan masalah seperti ini. Kesalahpahaman yang berujung permusuhan. Fania lalu mencoba menelepon Vero, tapi belum ada jawaban. Maklum, Vero sedang disibukkan dengan kegiatan bermusiknya. Apalagi dalam waktu dekat ia akan menjalani tour untuk promo album terbaru bersama bandnya di beberapa kota di Pulau Jawa.
Pukul delapan malam masuk notifikasi--chat WhatsApp dari Vero.
“Sorry ya, Fan. Baru liat hp. Kk baru selsai latian sm tmn2 band. Km udh pulang?”
“Iya, kk. Aku sndirian di rmh nih! Kk jm brp
plgnya?”
“Bntr lg kok. Oiya,km udh mkn?” “Nti dh. Aku tggu kk pulng aj.”
“Loh,jgn dong! Km mkn aja duluan. Kk udh
siapin di dlm lemari”
“Iya deh, Kk. Nnti aku mkn. “Kk buruan plng ya!” “iya...Fan”
Vero mengakhiri chat.