Sidzia Madvox2024/02/16 06:23
Follow

“Kalau nggak keberatan sih, sama Bu Netty aja deh,”

jawab Fania sambil melirik Pak Musam.


“Iya, Mbak. Mending sama Bu Netty aja, Mbak Fania. Nanti saya buntuti dari belakang,” kata Pak Musam seraya menenggak air mineral.

 

“Hai, Pak Musam! Tadi pertanyaan saya kok belum dijawab. Gimana kabarnya?”

 

“Alhamdulillah  baik,  Bu  Netty.  Hehehe,”  jawab  Pak

Musam cengengesan.

 

“Yaudah kalau gitu, Mbak Fania dan Pak Musam, kita langsung menuju rumah saya. Eh, bukan sih. Villa punya Pak Franky maksud saya. Hahahaha.”

 

Siang itu pukul dua. Matahari seakan ada delapan. Panas? Tentu aja. Namun, suasana Kota Sumbawa Besar yang mengasyikkan dan segala keramah-tamahan warganya membuat cuaca menjadi adem dan tenteram.

 

“Oh, itu bandaranya? Seandainya tadi naik pesawat, mendaratnya di sini dong,” tanya Fania.

“Iya, Mbak Fania. Masak iya mendaratnya di Papua. Hehe. Oiya, Mbak Fania baru pertama kali ke Sumbawa ya?”

 

“Iyanih,Bu.KeLombokajaakubaruduakali.” “Serius, Mbak?”