Baskadia

Sekolah sering dianggap sebagai tempat yang aman dan nyaman untuk belajar. Tapi kenyataannya, masih banyak siswa yang merasa tidak tenang saat berada di sekolah. Salah satu penyebabnya adalah bullying atau perundungan yang sampai sekarang masih sering terjadi.

Bullying bukan Cuma soal saling mengejek. Bentuknya bisa berupa kata-kata kasar, pengucilan, hingga kekerasan fisik. Di era digital, bullying juga makin mudah terjadi lewat media sosial atau pesan online, yang dikenal sebagai cyberbullying. Sayangnya, banyak pelaku menganggap hal ini sekadar candaan, padahal dampaknya bisa sangat serius bagi korban.

Bagi siswa yang menjadi korban, bullying bisa memengaruhi kondisi mental dan emosional. Rasa tidak percaya diri, takut bergaul, stres, bahkan depresi bisa muncul. Hal ini juga bisa berdampak pada prestasi belajar karena korban merasa tidak nyaman berada di lingkungan sekolah.

Ada banyak faktor yang menyebabkan bullying terjadi, seperti kurangnya empati, pengaruh lingkungan pergaulan, serta kurangnya contoh sikap positif dari orang dewasa. Jika anak terbiasa melihat perilaku kasar di sekitarnya, hal tersebut bisa dianggap wajar dan akhirnya ditiru.

Mengatasi bullying tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Guru perlu lebih peka terhadap kondisi siswa, orang tua harus membangun komunikasi yang baik dengan anak, dan sekolah perlu menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung. Selain itu, siswa juga perlu dibekali pemahaman tentang pentingnya saling menghargai dan menghormati perbedaan.

Pada akhirnya, sekolah seharusnya menjadi tempat yang membuat siswa merasa aman dan nyaman. Bullying bukan masalah sepele dan tidak boleh dibiarkan. Dengan kerja sama semua pihak, budaya saling menghormati bisa terbangun dan lingkungan sekolah menjadi tempat yang lebih positif.