Baskadia

Melalui tulisan ini, saya ingin menunjuk satu point penting yg menjadi penyebab indonesia sulit untuk maju, satu hal yg tanpa disadari telah menjadi sistem dan menjadi sebuah lingkaran setan. Tentu sulit untuk mengubah sistem yg telah mengakar tanpa adanya good will, dari pihak pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan adalah para pemilik dan petinggi partai, pertanyaannya adalah utk apa sebuah partai didirikan? Apakah bagian dari keinginan utk turut serta membangun bangsa, ataukah sekadar meramaikan dunia politik dengan menjadikan partai politik sebagai mesin politik sekaligus juga mesin uang. Point penting nya adalah proses penetapan calon legislatif oleh partai, selagi partai tidak menggratiskan pendaftaran calon legislslatif, maka masalah tidak akan pernah selesai. Banyak cerita caleg yg tidak terpilih yg kemudian stress, yg terpilih kemudian sibuk memikirkan cara agar cepat balik modal, tidak heran tidak sedikit pula anggota legislatif yg tersangkut kasus korupsi. Sebenarnya anggota legislatif itu wakil rakyat atau pedagang yg mencari keuntungan yg berharap secepatnya bisa balik modal? Kalau pertimbangan nya bukan pada besar nya uang setoran, rasanya mantan napi dan koruptor tidak perlu maju mendaftar utk menjadi calon anggota legislatif. Indonesia saya yakin masih punya banyak putra terbaik yg saat terpilih siap bekerja untuk rakyat dan demi rakyat. Jangan bebani mereka dengan uang setoran, agar saat terpilih mereka dapat menjadi wakil rakyat yang baik, fokus bekerja untuk kepentingan rakyat tanpa harus ada beban. Pak Harry Tanu dengan partai Perindo saya yakin ga akan kekurangan uang bila caleg partai perindo dibebaskan uang setoran, bila kenginan mendirikan partai adalah ikut andil membangun bangsa. Ingat, anggota legislatif yang selama ini di sebut sebagai wakil rakyat, di tangan mereka lah masa depan bangsa diletakkan. Mereka yg memilih dan menyodorkan nama calon pemimpin yang mereka anggap layak. Maka bila anggota legislatifnya berkualitas tentunya akan menghasilkan nama nama pemimpin yang berkualitas pula. bayangkan bila kursi legislatif di isi oleh para pedagang sibuk mencari keuntungan dan berharap segera balik modal, kapan mikirin kepentingan rakyat, gimana bekerja untuk kepentingan rakyat?